Pada masa sekarang ini orang akan tersinggung bahkan marah bila ia di anggap tidak bersikap demokratis. Semua orang, khususnya yang sering muncul di media massa baik cetak maupun elektronik, yang menduduki jabatan politis maupun aktivis, mengatakan bahwa dirinya yang paling demokratis dibandingkan orang lain.
Mereka yang dianggap tidak bersikap demokratis akan dihujat habis-hadisan, di demo berhari-hari. Apalagi bila yang dituduhkan itu sedang berada di lembaga politik, baik eksekutif, legislatif, atau yudikatif sekalipun. Lalu bagaimana dengan orang atau golongan yang ada di luar itu??
Akhir-akhir ini ada satu masalah yang menarik (dari sekian banyak masalah), yaitu tentang seseorang yang menulis sebuah buku yang katanya 'bisa manjadi kunci pembuka' untuk membuka pintu lemari kekuasaan yang 'katanya' penuh dengan sampah-sampah politik busuk.
Kemudian 'katanya' pihak penguasa yang dianggap pemilik lemari itu merasa gerah dan akan melakukan pelarangan penerbitan, bahkan yang sudah beredar pun 'katanya' disuruh menariknya. Bahkan 'katanya' sebuah toko buku terbesar yang punya banyak jaringan pun takut memajang buku itu rak-rak tokonya. Tetapi toko-toko kecil dan penjaja buku pinggir jalan justru brani dan senang menjual buku 'panas' itu karena 'katanya' laris banyak dicari orang.
Di tv mereka saling berdebat. Mereka mempermasalahkan segala 'katanya-katanya' itu. Yang satu menuduh yang lain tidak bersikap demokratis. Dan yang lain mengatakan demokrasi bukan berarti bebas tanpa aturan, dan sebagainya. Antara yang pro dan kontra, antara yang merasa difitnah dan merasa itu fakta, mereka semua tidak mau dikatakan tidak bersikap demokratis.
Okelah kalau begitu...(mniru syair lagu), kata para pakar demokrasi; perdebatan adalah bagian dari sikap berdemokrasi...Lalu sampailah pada satu peristiwa, entah karena terlalu menghayati perdebatan atau terlalu asyik berdemokrasi, tiba-tiba lempar kata-kata menjadi lempar buku (khusus dewasa;anak kecil dilarang meniru).
Aku terkesimak!! Mengherankan!! Selama ini biasanya yang bertindak tidak demokratis adalah mereka yang berada pada posisi memengang kekuasaan, yang karena ingin mempertahankan kekuasaan sering kali melakukan cara-cara yang bisa dikategorikan 'sikap tidak demokratis'.
Ini sebaliknya, seseorang yang bagian dari afiliasi pemegang kekuasaan di 'kick' dengan buku oleh seseorang yang berada di luar pemegang kekuasaan yang selama ini dianggap sebabai salah satu tokoh pro demokrasi, profesor akademisi yang tidak dapat di ragukan lagi tingkat intelektualnya. Tidak hanya jago teori tapi juga aktivis sejati.
Semoga ini bukan trend baru. Semoga ini tidak berkembang menjadi 'model' tirani minority dengan anggapan yang menentang selalu demokratis, apapun caranya. (GL)